Makna Imlek bagi Warga Tionghoa (1)
CARA merayakannya pun berbeda-beda antara satu suku atau agama. Ini akibat luasnya daratan Tiongkok dengan beraneka ragamnya kondisi alam dan lingkungan baik secara geografis, demografis, dan etnis.
Ada yang memulai tahun baru dengan sembahyang kepada thian dan para Dewa atau leluhur. Ada juga yang memulai dengan makan ronde, maupun kebiasaan-kebiasaan lain sebelum saling berkunjung antar sanak-saudara sambil tidak lupa membagi-bagikan angpau untuk anak-anak.
Budayawan Tionghoa di Batam, Liong Bun Fung, menjelaskan penanggalan Tionghoa dipengaruhi oleh dua sistem kalender, yaitu sistem Gregorian dan sistem Bulan-Matahari. Dalam satu tahun dibagi rata menjadi 12 bulan sehingga tiap bulannya terdiri dari 29,5 hari.
Penanggalan ini masih dilengkapi dengan pembagian 24 musim yang erat hubungannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada alam. Pembagian musim ini amat berguna bagi pertanian dalam menentukan saat tanam maupun saat panen.
Beberapa contoh dari pembagian 24 musim tersebut seperti musim semi atau chun jie (musim pertama perayaan imlek), musim hujan, musim serangga (serangga mulai tampak setelah tidur panjangnya selama musim dingin), dan lain-lainnya.
“Penanggalan Tionghoa tidak hanya mengikuti satu sistem tapi ada beberapa unsur yang mempengaruhinya, yaitu musim, lima unsur, angka langit, shio, dan lain-lain,” ungkap Liong, beberapa waktu lalu.
“Walaupun demikian semua perhitungan hari ini dapat terangkum dengan baik menjadi satu sistem Penanggalan Tionghoa yang baik, lengkap, dan harmonis bahkan hampir bisa dikatakan sempurna karena sudah mencakup koreksi-nya juga. Sebagai contoh adalah Lun Gwe merupakan bulan untuk mengkoreksi setelah satu periode tertentu,” tambahnya.
Selain dari pembagian musim, penanggalan Tionghoa juga mengenal istilah tian gan dan di zhi yang merupakan cara unik dalam membagi tahun-tahun dalam hitungan siklus 60 tahunan. Begitu juga dengan hitungan siklus 12 tahunan yang dikenal dengan shio, yaitu tikus, sapi, macan, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi.
Perayaan besar
Imlek merupakan perayaan besar bagi masyarakat Tionghoa. Ungkapan perayaan tersebut dilakukan dengan menggantung lentera merah (lampion), membunyikan petasan, dan menyembunyikan sapu. Tradisi ini merupakan satu dan sekian keunikan Imlek.
Selain itu, masyarakat Tionghoa juga akan mulai menempel gambar Dewa Penjaga Pintu pada hari-hari perayaan ini. “Imlek di satu sisi untuk agama Konghucu sebagai ritual khusus, artinya sembahyang secara sungguh-sungguh. Bahkan untuk ritual tersebut dupa tidak boleh padam. Sedangkan bagi yang bukan penganut Konghucu, Imlek merupakan budaya yang dirayakan secara turun-temurun (warisan) dari para leluhur,” ungkap Liong.
Di Tiongkok sendiri terdapat dua jenis kalender, yakni kalender tradisional yang biasa disebut agricultural calendar dan kalender Gregorian yang biasa disebut kalender umum atau kalender Barat. Nama lain dari kalender Tionghoa adalah kalender Yin yang dihitung atas dasar perhitungan bulan.
CARA merayakannya pun berbeda-beda antara satu suku atau agama. Ini akibat luasnya daratan Tiongkok dengan beraneka ragamnya kondisi alam dan lingkungan baik secara geografis, demografis, dan etnis.
Ada yang memulai tahun baru dengan sembahyang kepada thian dan para Dewa atau leluhur. Ada juga yang memulai dengan makan ronde, maupun kebiasaan-kebiasaan lain sebelum saling berkunjung antar sanak-saudara sambil tidak lupa membagi-bagikan angpau untuk anak-anak.
Budayawan Tionghoa di Batam, Liong Bun Fung, menjelaskan penanggalan Tionghoa dipengaruhi oleh dua sistem kalender, yaitu sistem Gregorian dan sistem Bulan-Matahari. Dalam satu tahun dibagi rata menjadi 12 bulan sehingga tiap bulannya terdiri dari 29,5 hari.
Penanggalan ini masih dilengkapi dengan pembagian 24 musim yang erat hubungannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada alam. Pembagian musim ini amat berguna bagi pertanian dalam menentukan saat tanam maupun saat panen.
Beberapa contoh dari pembagian 24 musim tersebut seperti musim semi atau chun jie (musim pertama perayaan imlek), musim hujan, musim serangga (serangga mulai tampak setelah tidur panjangnya selama musim dingin), dan lain-lainnya.
“Penanggalan Tionghoa tidak hanya mengikuti satu sistem tapi ada beberapa unsur yang mempengaruhinya, yaitu musim, lima unsur, angka langit, shio, dan lain-lain,” ungkap Liong, beberapa waktu lalu.
“Walaupun demikian semua perhitungan hari ini dapat terangkum dengan baik menjadi satu sistem Penanggalan Tionghoa yang baik, lengkap, dan harmonis bahkan hampir bisa dikatakan sempurna karena sudah mencakup koreksi-nya juga. Sebagai contoh adalah Lun Gwe merupakan bulan untuk mengkoreksi setelah satu periode tertentu,” tambahnya.
Selain dari pembagian musim, penanggalan Tionghoa juga mengenal istilah tian gan dan di zhi yang merupakan cara unik dalam membagi tahun-tahun dalam hitungan siklus 60 tahunan. Begitu juga dengan hitungan siklus 12 tahunan yang dikenal dengan shio, yaitu tikus, sapi, macan, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi.
Perayaan besar
Imlek merupakan perayaan besar bagi masyarakat Tionghoa. Ungkapan perayaan tersebut dilakukan dengan menggantung lentera merah (lampion), membunyikan petasan, dan menyembunyikan sapu. Tradisi ini merupakan satu dan sekian keunikan Imlek.
Selain itu, masyarakat Tionghoa juga akan mulai menempel gambar Dewa Penjaga Pintu pada hari-hari perayaan ini. “Imlek di satu sisi untuk agama Konghucu sebagai ritual khusus, artinya sembahyang secara sungguh-sungguh. Bahkan untuk ritual tersebut dupa tidak boleh padam. Sedangkan bagi yang bukan penganut Konghucu, Imlek merupakan budaya yang dirayakan secara turun-temurun (warisan) dari para leluhur,” ungkap Liong.
Di Tiongkok sendiri terdapat dua jenis kalender, yakni kalender tradisional yang biasa disebut agricultural calendar dan kalender Gregorian yang biasa disebut kalender umum atau kalender Barat. Nama lain dari kalender Tionghoa adalah kalender Yin yang dihitung atas dasar perhitungan bulan.
Sedangkan kalender Gregorian disebut kalender Yangli yang dikaitkan pada perhitungan matahari. Kalender Tionghoa disebut kalender lama (jiuli). Sedangkan kalender Gregorian disebut kalender baru (xinli).
Kalender Imlek (Yinli) adalah kalender yang dihitung mulai dari tahun lahirnya Nabi Kongzi pada 551 sebelum masehi (SM). Jadi tahun 2010 ini berarti tahun 551+2010 = 2561 Imlek. Karena awal tahunnya dimulai dari awal kelahiran Sang Nabi, maka kalender Imlek juga disebut Khongcu-lek.
Kalender Imlek pertama kali diciptakan oleh Huang Di, seorang nabi/raja agung dalam agama ru jiao/khonghucu. Lalu kalender ini diteruskan oleh Xia Yu, sorang raja suci/nabi dalam agama Khonghucu pada Dinasti Xia (2205-1766 SM).
Dengan jatuhnya Dinasti Xia dan diganti oleh Dinasti Shang (1766-1122 SM), maka sistem kalendernya juga berganti. Tahun barunya dimulai tahun 1 dan bulannya maju 1 bulan sehingga kalau kalender yang dipakai Xia tahun baru jatuh pada awal musim semi, maka pada Shang tahun barunya jatuh pada akhir musim dingin.
Dinasti Shang lalu diganti oleh Dinasti Zhou (1122-255 SM), dan bergantilah sistem penanggalannya juga. Tahun barunya jatuh pada saat matahari berada di garis 23,5 derajat lintang selatan (LS) yaitu, tanggal 22 Desember saat puncak musim dingin.
Dinasti Zhou lalu diganti Dinasti Qin (255-202 SM) sehingga berganti lagi sistemnya. Begitu pula ketika Dinasti Qin diganti oleh Dinasti Han (202SM-206 M). Pada Dinasti Han, Kaisar Han Wu Di yang memerintah pada 140-86 SM mengganti sistem kalendarnya dan mengikuti anjuran Nabi Kongzi untuk memakai sistem Dinasti Xia. “Sebagai penghormatan atas Nabi Kongzi, maka tahun kelahiran Nabi Kongzi 551 SM ditetapkan sebagai tahun ke-1,” sebut Liong Bun Fung.
Tahun macan
Di Indonesia, Imlek pernah dilarang perayaannya di depan umum pada 1965-1998. Larangan ini berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 Tahun 1967 saat Orde Baru berkuasa. Namun saat Presiden dijabat KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, ia pun mencabut Inpres tersebut pada tahun 2000. Masyarakat keturunan Tionghoa pun merasa diakui dan mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek.
Selanjutnya Presiden Megawati Soekarnoputri mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 19/2002 tanggal 9 April 2002 dimana Imlek resmi ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Menurut Liong, Imlek kali ini memasuki tahun macan. Binatang ini merupakan simbol gagah, berani, atau kuat. Namun tetap ada pantangan-pantangan khusus pada tahun ini, hanya setiap orang beda-beda pantangannya. Semua tergantung kepada shionya.
“Semua orang punya pantangan yang berbeda, tergantung kepada shionya,” imbuh Liong.(candra p pusponegoro)