Jumat, 26 Pebruari 2010
Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara satu dengan yang lain, karena seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lain tidak diperkenankan menzalimi, menipu, atau melecehkannya. Peringatan kelahiran (maulid) Nabi Muhammad merupakan salah satu kalender ritual paling penting bagi umat Islam di seluruh dunia.
Hal ini tak lain karena Allah telah menempatkan Muhammad sebagai suri tauladan. Allah berfirman: Laqad kana lakum fi rasulillahi uswatun hasanah (QS Al Ahzab: 21). Sebab uswatun hasanah yang ada pada diri nabi ini, maka umat Islam di seluruh dunia diperintahkan selalu ittiba’ kepada Rasulullah. Keagungan Nabi Muhammad bukan hanya dinilai oleh umat Islam saja. Kaum orientalis pun menyebutkan bahwa Muhammad merupakan manusia terhebat sepanjang sejarah.
Seperti dikonsepsikan Thomas Carlyne dengan ukuran kepahlawanan, Marcoz Dods dengan keberanian moral, Nazmi Luke dengan ukuran metode pembuktian ajaran, Will Duran dengan hasil karya, dan Michael H. Hart dengan tolak ukur pengaruh yang ditinggalkan.
Kesemuanya menempatkan Muhammad di urutan teratas. Seorang sarjana bernama Annemarie Schimeel menyebut kelahiran Nabi Muhammad merupakan simbol kemenangan monotheisme atas dualisme Persia dan Trinitas.
Peringatan Maulid nabi pertama kali dilakukan oleh pemerintah Harun Ar Rasyid dari Dinasti Fatimiyah di Mesir. Pada masa itu Harun Ar Rasyid menyebarkan sedekah bagi kaum fakir miskin dan membuat pesta meriah.
Dalam catatan sejarah lain menyebutkan maulid pertama kali dilaksnakan pada abad 12 Masehi. Pada saat umat Islam di Palestina sedang menghadapi perang salib dibawah komando Shalahuddin Al Ayyubi. Tujuan peringatan ini adalah untuk menumbuhkan semangat juang umat dalam menghadapi perang salib.
Sejak masa itu, maulid menyebar ke seluruh dunia. Beberapa yang paling terkenal adalah peringatan maulid di Kerajaan Islam Arbela Irak. Kerajaan ini melakukan penyambutan Maulid sejak bulan Muharam dan puncaknya 12 Rabiul Awal.
Pada puncak acara ini seluruh tamu diberikan jamuan makanan terbaik sambil mendengarkan pembacaan riwayat nabi (al-Barzanji atau Dhiba’an). Selain itu, juga dilakukan prosesi menyalakan lilin bersama sebagai simbol awal terangnya dunia (nur Muhammad) dari sifat kejahiliaan.
Mayoritas umat Islam juga mengakui bahwa ziarah pada tanggal 12 Rabi’ul Awal memiliki nilai lebih dibanding waktu-waktu yang lain. Tidak heran apbila pada hari itu banyak sekali umat Islam di seluruh dunia melakukan ziarah ke makam orang-orang suci atau wali.
Di Al Jazair misalnya, pada hari kelahiran Muhammad, masyarakat berziarah ke makam para wali. Dan puncak acaranya, penguasa (raja) membagikan uang dan jenis sodaqah lainnya kepada rakyat sebagai simbol kemurahan Nabi Muhammad yang menitis pada sosok raja.
Dalam tradisi kraton juga diadakan prosesi pembagian sedekah. Disembolkan dengan tumpeng berbentuk gunung (gunungan) sebanyak 5 buah. Setelah dipikul oleh para abdi dalem keraton dan diarak keliling kota, kemudian dihantarkan ke Masjid Agung (Masjid Gede) untuk di doakan, lalu diberikan pada rakyat sebagai tanda kebesaran, keberkatan dan kemurahan raja.
Di Aceh punya cerita sendiri, peringatan Maulid Nabi ada hubungannya dengan pengakuan atas kerajaan Turki Usmani pada abad ke-16 sebagai sentral kekuasaan Islam seluruh dunia. Peringatan Maulid Nabi dilakukan sebagai ganti upeti pada kerajaan Turki Usmani. Bukan simbol ritual tetapi simbol ketundukan pada pusat kekuasaan Islam.
Pada acara Maulid Nabi ini, hingga tiga bulan berikutnya masyarakat Aceh mengadakan upacara besar-besaran dengan memasak makanan terlezat. Puncak acaranya dilaksanakan di masjid kerajaan yang dihadiri oleh seluruh rakyat, tak terkecuali sang raja juga hadir dan memberikan sedekah kepada para fakir miskin. Bermacam ragam peringatan maulid di atas, intinya adalah satu kesyukuran dan upaya untuk menghormati dan meneladani Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad Memerangi Trafiking
Selain ajaran tauhid, Nabi Muhammad mengemban tugas untuk membebaskan umat manusia dari segala belenggu ketidakadilan dan kezaliman. Dalam hadis Nabi bersabda: Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara satu dengan yang lain, karena seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lain, tidak diperkenankan menzalimi, menipu, atau melecehkannya (HR Muslim).
Penghormatan martabat kemanusiaan adalah prinsip dalam Islam. Bahkan dalam satu teks hadis, prinsip kemanusiaan ini dianggap lebih utama dibanding kemuliaan Hajar Aswad (Batu Hitam) di Ka’bah. Abdullah bin Umar meriwayatkan bahwa ketika Nabi Muhammad mencium Hajar Aswad di Kakbah, beliau bersabda di hadapan Hajar Aswad:
“Demi Allah, yang menguasai diriku, martabat dan kehormatan seorang mukmin lebih mulia di hadapan Allah dibanding martabat dan kehormatanmu (wahai Hajar Aswad), (karena itu) haram atas harta dan jiwanya” (HR. Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, No. 3932 dan As Suyuthi, Ad Durr Al Mantsur 7/565).
Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara satu dengan yang lain, karena seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lain tidak diperkenankan menzalimi, menipu, atau melecehkannya. Peringatan kelahiran (maulid) Nabi Muhammad merupakan salah satu kalender ritual paling penting bagi umat Islam di seluruh dunia.
Hal ini tak lain karena Allah telah menempatkan Muhammad sebagai suri tauladan. Allah berfirman: Laqad kana lakum fi rasulillahi uswatun hasanah (QS Al Ahzab: 21). Sebab uswatun hasanah yang ada pada diri nabi ini, maka umat Islam di seluruh dunia diperintahkan selalu ittiba’ kepada Rasulullah. Keagungan Nabi Muhammad bukan hanya dinilai oleh umat Islam saja. Kaum orientalis pun menyebutkan bahwa Muhammad merupakan manusia terhebat sepanjang sejarah.
Seperti dikonsepsikan Thomas Carlyne dengan ukuran kepahlawanan, Marcoz Dods dengan keberanian moral, Nazmi Luke dengan ukuran metode pembuktian ajaran, Will Duran dengan hasil karya, dan Michael H. Hart dengan tolak ukur pengaruh yang ditinggalkan.
Kesemuanya menempatkan Muhammad di urutan teratas. Seorang sarjana bernama Annemarie Schimeel menyebut kelahiran Nabi Muhammad merupakan simbol kemenangan monotheisme atas dualisme Persia dan Trinitas.
Peringatan Maulid nabi pertama kali dilakukan oleh pemerintah Harun Ar Rasyid dari Dinasti Fatimiyah di Mesir. Pada masa itu Harun Ar Rasyid menyebarkan sedekah bagi kaum fakir miskin dan membuat pesta meriah.
Dalam catatan sejarah lain menyebutkan maulid pertama kali dilaksnakan pada abad 12 Masehi. Pada saat umat Islam di Palestina sedang menghadapi perang salib dibawah komando Shalahuddin Al Ayyubi. Tujuan peringatan ini adalah untuk menumbuhkan semangat juang umat dalam menghadapi perang salib.
Sejak masa itu, maulid menyebar ke seluruh dunia. Beberapa yang paling terkenal adalah peringatan maulid di Kerajaan Islam Arbela Irak. Kerajaan ini melakukan penyambutan Maulid sejak bulan Muharam dan puncaknya 12 Rabiul Awal.
Pada puncak acara ini seluruh tamu diberikan jamuan makanan terbaik sambil mendengarkan pembacaan riwayat nabi (al-Barzanji atau Dhiba’an). Selain itu, juga dilakukan prosesi menyalakan lilin bersama sebagai simbol awal terangnya dunia (nur Muhammad) dari sifat kejahiliaan.
Mayoritas umat Islam juga mengakui bahwa ziarah pada tanggal 12 Rabi’ul Awal memiliki nilai lebih dibanding waktu-waktu yang lain. Tidak heran apbila pada hari itu banyak sekali umat Islam di seluruh dunia melakukan ziarah ke makam orang-orang suci atau wali.
Di Al Jazair misalnya, pada hari kelahiran Muhammad, masyarakat berziarah ke makam para wali. Dan puncak acaranya, penguasa (raja) membagikan uang dan jenis sodaqah lainnya kepada rakyat sebagai simbol kemurahan Nabi Muhammad yang menitis pada sosok raja.
Dalam tradisi kraton juga diadakan prosesi pembagian sedekah. Disembolkan dengan tumpeng berbentuk gunung (gunungan) sebanyak 5 buah. Setelah dipikul oleh para abdi dalem keraton dan diarak keliling kota, kemudian dihantarkan ke Masjid Agung (Masjid Gede) untuk di doakan, lalu diberikan pada rakyat sebagai tanda kebesaran, keberkatan dan kemurahan raja.
Di Aceh punya cerita sendiri, peringatan Maulid Nabi ada hubungannya dengan pengakuan atas kerajaan Turki Usmani pada abad ke-16 sebagai sentral kekuasaan Islam seluruh dunia. Peringatan Maulid Nabi dilakukan sebagai ganti upeti pada kerajaan Turki Usmani. Bukan simbol ritual tetapi simbol ketundukan pada pusat kekuasaan Islam.
Pada acara Maulid Nabi ini, hingga tiga bulan berikutnya masyarakat Aceh mengadakan upacara besar-besaran dengan memasak makanan terlezat. Puncak acaranya dilaksanakan di masjid kerajaan yang dihadiri oleh seluruh rakyat, tak terkecuali sang raja juga hadir dan memberikan sedekah kepada para fakir miskin. Bermacam ragam peringatan maulid di atas, intinya adalah satu kesyukuran dan upaya untuk menghormati dan meneladani Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad Memerangi Trafiking
Selain ajaran tauhid, Nabi Muhammad mengemban tugas untuk membebaskan umat manusia dari segala belenggu ketidakadilan dan kezaliman. Dalam hadis Nabi bersabda: Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara satu dengan yang lain, karena seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lain, tidak diperkenankan menzalimi, menipu, atau melecehkannya (HR Muslim).
Penghormatan martabat kemanusiaan adalah prinsip dalam Islam. Bahkan dalam satu teks hadis, prinsip kemanusiaan ini dianggap lebih utama dibanding kemuliaan Hajar Aswad (Batu Hitam) di Ka’bah. Abdullah bin Umar meriwayatkan bahwa ketika Nabi Muhammad mencium Hajar Aswad di Kakbah, beliau bersabda di hadapan Hajar Aswad:
“Demi Allah, yang menguasai diriku, martabat dan kehormatan seorang mukmin lebih mulia di hadapan Allah dibanding martabat dan kehormatanmu (wahai Hajar Aswad), (karena itu) haram atas harta dan jiwanya” (HR. Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, No. 3932 dan As Suyuthi, Ad Durr Al Mantsur 7/565).
Prinsip kemanusiaan ini menjadi basis dari setiap relasi sosial dalam kehidupan manusia. Dalam kondisi apa pun, seseorang tidak boleh bertindak secara zalim terhadap yang lain. Sebaliknya harus saling berbuat baik dan membantu satu sama lain.
Tidak boleh ada kesewenang-wenangan oleh pihak yang satu terhadap yang lain, karena kesewenang-wenangan adalah tindakan biadab yang tercela dan merendahkan martabat kemanusiaan.
Trafiking (perdagangan manusia) merupakan salah satu bentuk kejahatan yang masih terus terjadi hingga hari ini. Rentetan kejahatan trafiking begitu kompleks, terorganisir, sistematis, dan lintas kenegaraan (transnasional).
Menelusuri basis kejahatan trafiking juga bukan pekerjaan sederhana karena harus menguliti secara mendalam atas praktek perburuhan (migrant), buruh anak, buruh perempuan, pekerja rumah tangga (PRT), dan lain-lain.
Secara sederhana, setiap model perburuhan yang tidak memberikan rasa keadilan maka di dalamnya terselubung kejahatan trafiking. Menempatkan perempuan yang tidak setara dengan kelompok manusia lainnya juga menunjukkan salah satu bentuk ketidak-adilan. Mempekerjakan anak sebagai buruh pada dasarnya juga telah melanggar hak-hak anak yang harus ditunaikan oleh orang tua dan negara.
Problem-problem di atas merupakan situasi ketidakadilan dan menyalahi kodrat keilahian dan kemanusian yang diperjuangkan oleh Nabi Muhammad sebagai pembawa risalah Allah di muka bumi. Misi ini yang diperjuangkan Nabi Muhammad sepanjang hidupnya dan diwariskan kepada seluruh umatnya.