Tidak saja pengusaha sekelas Cahya, Ketua Apindo Kepri yang menjadi sasaran teror. Seorang Ustadz Muhith Marzuqi (38) juga mengalami hal serupa.
Muhith pun berniat melaporkan kejadian yang membuatnya cukup geram ini ke pihak kepolisian. Imam di Masjid Raudhatul Jannah Bengkong mendapat kiriman pesan pendek (SMS) dari orang yang tidak dikenal.
Muhith merasa tak pernah memiliki musuh. Ia pun mengaku tak pernah menyinggung orang lain. Bahkan ia juga tak pernah memiliki masalah dengan orang lain.
Pesan pendek itu berisikan ejekan, penghinaan, meremehkan, dan hal-hal yang tidak menyenangkan lainnya. Ia sudah merasa sangat terganggu dengan ulah pelaku.
“Saya kan tidak kenal dengan nomor yang mengirimkan itu. Beberapa SMS masuk dari dua nomor yang berbeda. Bahkan ada sebuah SMS yang mengancam akan menghabisi kelompok tertentu,” ujar Muhith sambil menunjukkan ponselnya yang berisi sms-sms tersebut.
Nomor pengirim ke handphone Muhit 0813728914xx Sabtu (5/12) pukul 05.15 WIB. SMS itu berbunyi, “Lebih celaka lagi kamu berdusta atas nama Rasul yang mana ancamannya siap-siap duduk di neraka.”
Begitu juga dengan sms yang dikirimkan dari nomer 0857653585xx Jumat (11/12) pukul 13.40 WIB berbunyi; “Kamu itu memang orang jahil.
Mengenal sejarah nabi saja tak tau, buang aja ijazahmu itu.” Dan dari beberapa SMS yang masuk, kesemua isinya mengandung hal-hal yang tidak menggembirakan. Sehingga Muhith berkeyakinan bahwa hal tersebut bisa dipidanakan.
“Kalau memang mau mencari kebaikan ya tidak hanya lewat sms. Bagusnya berjumpa dan diskusi. Kalau sekedar kirim SMS bukan mencari kebenaran, yang ada ya pembenaran diri sendiri,” ujar Muhith Marzuqi saat dijumpai Tribun dikediamannya, Minggu (20/12).
“Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal maafnya sekarang juga sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham.
Jika ia punya amal shalih, maka akan diambil menurut penganiayaannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya,” ujar Muhith sambil membukakan sebuah kitab Riadhus Shalihin, jilid I, halaman 225, tentang hadis Bukhari dan Muslim bab haram berlaku zalim.
Ia berharap kepada pengirim sms-sms tersebut lebih banyak membaca dan menggali literatur khazanah ilmu tauhid yang benar. Karena sesungguhnya setiap amalan yang dilakukan dengan benar tanpa rasa ikhlas akan tertolak. Begitu juga dengan setiap keikhlasan yang dilakukan tanpa kebenaran juga akan tertolak.
“Banyak-banyaklah muhasabah dan tidak usah menghakimi orang lain sebelum diri dan keluarganya dibenahi akidah dan tauhidnya,” tutupnya. (tia)
Muhith pun berniat melaporkan kejadian yang membuatnya cukup geram ini ke pihak kepolisian. Imam di Masjid Raudhatul Jannah Bengkong mendapat kiriman pesan pendek (SMS) dari orang yang tidak dikenal.
Muhith merasa tak pernah memiliki musuh. Ia pun mengaku tak pernah menyinggung orang lain. Bahkan ia juga tak pernah memiliki masalah dengan orang lain.
Pesan pendek itu berisikan ejekan, penghinaan, meremehkan, dan hal-hal yang tidak menyenangkan lainnya. Ia sudah merasa sangat terganggu dengan ulah pelaku.
“Saya kan tidak kenal dengan nomor yang mengirimkan itu. Beberapa SMS masuk dari dua nomor yang berbeda. Bahkan ada sebuah SMS yang mengancam akan menghabisi kelompok tertentu,” ujar Muhith sambil menunjukkan ponselnya yang berisi sms-sms tersebut.
Nomor pengirim ke handphone Muhit 0813728914xx Sabtu (5/12) pukul 05.15 WIB. SMS itu berbunyi, “Lebih celaka lagi kamu berdusta atas nama Rasul yang mana ancamannya siap-siap duduk di neraka.”
Begitu juga dengan sms yang dikirimkan dari nomer 0857653585xx Jumat (11/12) pukul 13.40 WIB berbunyi; “Kamu itu memang orang jahil.
Mengenal sejarah nabi saja tak tau, buang aja ijazahmu itu.” Dan dari beberapa SMS yang masuk, kesemua isinya mengandung hal-hal yang tidak menggembirakan. Sehingga Muhith berkeyakinan bahwa hal tersebut bisa dipidanakan.
“Kalau memang mau mencari kebaikan ya tidak hanya lewat sms. Bagusnya berjumpa dan diskusi. Kalau sekedar kirim SMS bukan mencari kebenaran, yang ada ya pembenaran diri sendiri,” ujar Muhith Marzuqi saat dijumpai Tribun dikediamannya, Minggu (20/12).
“Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal maafnya sekarang juga sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham.
Jika ia punya amal shalih, maka akan diambil menurut penganiayaannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya,” ujar Muhith sambil membukakan sebuah kitab Riadhus Shalihin, jilid I, halaman 225, tentang hadis Bukhari dan Muslim bab haram berlaku zalim.
Ia berharap kepada pengirim sms-sms tersebut lebih banyak membaca dan menggali literatur khazanah ilmu tauhid yang benar. Karena sesungguhnya setiap amalan yang dilakukan dengan benar tanpa rasa ikhlas akan tertolak. Begitu juga dengan setiap keikhlasan yang dilakukan tanpa kebenaran juga akan tertolak.
“Banyak-banyaklah muhasabah dan tidak usah menghakimi orang lain sebelum diri dan keluarganya dibenahi akidah dan tauhidnya,” tutupnya. (tia)