Uang bukan modal utama berusaha. Tapi, semangat, kegigihan, dan doa, lebih menentukan kesuksesan seseorang
SEMANGAT itu pula yang dimiliki Rio Andhika Bahariawan. Pengusaha sablon dan percetakan ini mengaku memulai usaha dengan modal nekat. Hanya semangat, ketekunan, dan doa yang membuatnya cukup berhasil seperti sekarang.
Di tempat usahanya, Moshprinting di Pasar Tiban Blok F No 14 Sekupang, Rio terlihat sibuk, Rabu (31/3). Beberapa karyawannya juga asik mendesain gambar, mencetak motif cap, dan beberapa aktifitas lainnya.
Pria kelahiran Batam, 22 Agustus 1982, ini ternyata memiliki kiat-kiat sukses dalam berbisnis. Meski tidak menamatkan kuliahnya di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta, nyali bisnisnya justru terasah tajam.
“Saya dulu pernah kuliah di UPN, jurusan Hubungan Internasional (HI), masuk tahun 2000. Namun karena saya disibukkan wirausaha, kuliah saya jadi keteteran. Tetapi dari situ lah saya memiliki banyak pengalaman dan matang dalam mengembangkan konsep usaha,” ujarnya mulai berkisah.
Semasa kuliah pada 2003, ia mengawali usaha sablon khusus baju (clothing) di Demangan dan Janti, Yogyakarta. Ketika usahanya mulai melejit, tiba-tiba terjadi gempa dahsyat pada tahun 2006, sehingga usahanya terpaksa tutup sementara.
“Waktu gempa di Yogya, perekonomian lumpuh. Semua masyarakat saat itu hanya membutuhkan pasokan sembako. Mau tidak mau saya harus berhenti untuk sementara waktu,” kenang Rio.
Padahal omset usahanya sudah cukup besar. Sebulan ia bisa menghasilkan pemasukan mencapai Rp 15 juta. Gempa tidak membuatnya patah arang. Rio sempat banting stir menjadi karyawan sebuah usaha advertising (periklanan) sembari memulai kembali usaha percetakan kecil-kecilan di tempat kos.
Selain mahir menjalankan program komputer yang berhubungan dengan desain seperti photoshop, corel draw, dan pagemaker secara otodidak, ia juga licah mencetak sablon secara manual. Selama bekerja nyambi usaha mandiri, Rio menyewa dua kamar kos. Satu untuk tempat tinggal, dan satunya sebagai tempat usaha. Konsep yang dilakukan dalam pengembangan usahanya adalah jemput bola kepada calon pelanggan.
“Selain bekerja freelance, saya juga wiraswasta di rumah kos. Waktu itu saya terjun ke lapangan dengan teknik pemasaran door to door,” cerita dia.
Dua bulan ia menjalani masa-masa berat namun hasilnya sangat signifikan. Tiga bulan kemudian ia mendapatkan order yang cukup banyak sehingga kuliahnya terabaikan.
“Saking banyaknya order, perkuliahan saya terganggu. Saya malah fokus ke pekerjaan. Itu lah pelajaran yang sangat berharga yang bisa saya petik dari pengalaman,” imbuhnya.
Lama-lama ia berfikir untuk mengembangkan konsep usaha di Batam. Sebab, persaingan usaha di Yogyakarta sangat ketat. Rio memutuskan pulang ke Batam pada tahun 2008.
Semula ia berharap bisa bekerja di perusahaan, namun kenyataan pahit justru ia telan. “Beberapa minggu saya melamar pekerjaan, ternyata tidak ada yang menerima. Saya sempat bekerja di sebuah percetakan cukup ternama di Nagoya dan Bengkong,” kenangnya trenyuh.
Setahun bekerja di beberapa usaha percetakan, ia selalu termotivasi untuk bisa berdikari. Berbekal pengalaman, Rio pun memulai kembali bisnis sablon dan percetakan dari nol. Ia yakin prospek usaha percetakan di Batam sangat menggiurkan.
“Alhamdulillah, saya mendapatkan pencerahan setelah bekerja di dua tempat yang sama bidang usahanya. Saya memutuskan keluar, karena saya yakin ketika usaha sendiri hasilnya akan jauh lebih besar,” tegas dia.
Dengan modal Rp 30 juta pinjaman dari sahabatnya, Rio membuka usaha percetakan di Tiban. Dia pun kembali mengembangkan cara penjualan door to door. Hasilnya memang luar biasa, dalam tiga bulan ia mendapatkan order cukup lumayan.
Akhirnya direkrut lah beberapa kawannya yang memiliki keahlian di bidang percetakan. Rio pun melanjutkan sistem pemasaran antar-jemput. Namun dia mengaku pernah mendapatkan pengalaman pahit. Beberapa kali dia ditipu oleh pelanggan. “Saya beberapa kali ditipu oleh pelanggan. Mereka pesan barang, namun setelah jadi pesanannya, barangnya tidak diambil. Tetapi saya tidak pernah pusing untuk hal itu,” kenangnya. Selain berusaha dengan sungguh-sungguh, ia mengaku selalu berdoa. Baginya doa sangat penting guna memperlancar usaha.
“Doa saya setiap akan memulai usaha hanya membaca Bismillah dan mohon ketenangan,” sebut dia. Rio pun mengimbau kepada siapa yang mau memulai usaha untuk selalu optimis. Baginya, memulai sesuatu dengan niat baik tentu akan mendapatkan hasil positif. Ia pun memegang motto, sadar akan potensi diri dan menjalankan usaha dengan benar.