Ilmu adalah sahabat kita dikala sendiri dan menyendiri. Kesunyian dan kegelisahan seorang sahabat yang merindukan sahabatnya lain saat berjauhan terpenuhi dengan ilmu dan ilusi.
Sejenak mari kita tinggalkan keramaian dan kebisingan. Lihatlah rembulan di tepi pantai itu temarannya membuat kita teringat akan keindahan dan keteduhannya.
Ombak yang bergulung-gulung, menderu dan melaju, berlarian seperti sepasang kekasih yang sedang bercumbu. Kekasih, begitu khawatirnya dirimu akan kehilangan diriku.
Engkau begitu sabar menunggu pada setiap waktu, menanti sesekali yang tak pasti. Itulah jiwamu, yang penuh dengan kegelisahan dan ketenangan.
Sejenak mari kita tinggalkan keramaian dan kebisingan. Lihatlah rembulan di tepi pantai itu temarannya membuat kita teringat akan keindahan dan keteduhannya.
Ombak yang bergulung-gulung, menderu dan melaju, berlarian seperti sepasang kekasih yang sedang bercumbu. Kekasih, begitu khawatirnya dirimu akan kehilangan diriku.
Engkau begitu sabar menunggu pada setiap waktu, menanti sesekali yang tak pasti. Itulah jiwamu, yang penuh dengan kegelisahan dan ketenangan.
Meresap… Kubiarkan//Kaki yang kecil ini//Melangkah dalam sebuah pembaringan//Lemas//Terkulai//Ditindih kecemasan//Aku sadar //Diambang pendengaran//Kaki bergerak//Menjadikan tersentak//Tanah itu mengoyak//Tulang-tulang ini bergejolak//Oh…hanya kampak//Menghujam menghenyak//Dalam kaki itu//Ada tulisan “Jangan kau ambil”//Walau hanya ilusi//Batam akhir 2009
Ada beberapa nasehat yang masih ku ingat untuk meneruskan jejak dan kaki melangkah. Nasehat pertama untuk memberikan kesetiaan agar satu tidak boleh dipilih menjadi dua. Yang kedua tidak menjadi ketiga dan yang keempat tidak bisa menjadi lima.
Namun perkalian antara satu dan dua bisa menghasilkan satu yang utuh dan menjadi kesempurnaan. Tidak ada satu yang menjadi dua dan sebaliknya. Sebentar lagi dua akan menjadi tiga dalam batin kita, kun faya kun.
Terciptalah ! Tetes hujan masih saja belum berhenti, masih ku jamah butir tasbih kayu. Masih banyak doa-doa yang belum terlantun dari lafazku.
Terciptalah ! Tetes hujan masih saja belum berhenti, masih ku jamah butir tasbih kayu. Masih banyak doa-doa yang belum terlantun dari lafazku.