728x90 AdSpace

Latest News

Pengobatan

Penyakit

20 December 2009

Gus Pur, Jatuh Bangun Pemilik Ayam Kriuk

PRIA berkacamata minus terkekeh-kekeh saat memulai kisah hidupnya sebelum meraih kesuksesan seperti sekarang. Ia mengaku tiba di Batam bersama istrinya, hanya dengan tersisa Rp 50 ribu dalam saku.
Saat itu ia mengalami kebangkrutan hebat dari sisa-sisa berjualan cabai di Tanjungpinang. Sembari mengeluarkan sebatang rokok lalu dihisap dalam-dalam, Gus Pur pun melanjutkan cerita.

"Saya pernah jadi suplier perusahaan ternama di Solo. Saya sempat hidup mewah. Tapi saat krisis tahun 2003, saya terkena imbas. Banyak pelanggan yang nunggak sehingga menjadi tanggungan saya," kenang dia, beberapa waktu lalu.

Dengan mata berkaca-kaca, ia menceritakan harus menjual harta untuk melunasi tunggakan tersebut. Setelah beberapa lama, berdasarkan saran seorang temannya di Yogyakarta, Gus Pur akhirnya berdagang cabai di Tanjungpinang di tahun 2006.

Sekitar lima bulan di Tanjungpinang, ia sudah memiliki puluhan relasi dan bisa membangun jaringan bisnis cabai dengan omzet puluhan kwintal. Usaha yang ia rintis tersebut sempat bisa membantu kebutuhan keluarga di kampungnya.

Namun di akhir tahun, pasokan cabai darinya diboikot oleh para pembeli dan pedagang lainnya. Semua cabai yang dipasok tidak diambil sedikit pun oleh para pembeli dan pedagang di sana. Total kerugian saat itu mencapai Rp 40 juta sehingga membuat ia bangkrut.

"Saya sangat sedih, tidak menyangka saat itu pasokan cabai dari saya diboikot. Semuanya menolak supali cabai dari saya," ingatnya.

"Saya beli dua tiket ke Batam. Waktu itu uang saya tinggal Rp 50 ribu. Semuanya habis tiada sisa," tambah dia.

Sesampainya di Batam, ia mondok di sebuah pesantren di daerah Nongsa. Selama di pemondokan, ia mengalami depresi yang berat. Rambutnya pun dicukur gundul. Hampir satu bulan di tempat pemondokan ia makan dan bekerja seadanya. Ia juga melakukan salat dan berdoa.

Seorang Kyai akhirnya menasehati Gus Pur. Semangatnya tergugah lagi, dan pelan-pelan ia mulai membaur dengan masyarakat sekitar. Akhirnya ia menjadi tukang bangunan. Hingga tiga bulan, ia pun mencari kontrakan di Taman Raya.

Mendapat modal sedikit, Gus Pur mencoba berjualan makanan. Padahal Gus Pur bukan jago masak, namun setelah beberapa kali mencoba dan belajar, masakannya diminati warga sekitar.

"Waktu itu saya masih bekerja serabutan. Jualan hanya malam hari saja Mas," ujarnya.

Hingga suatu saat ada seorang pembeli mengajak kerjasama. Tanpa basa-basi ia pun menerima tawaran tersebut.

Beberapa bulan kemudian, usaha yang ia kelola langsung melejit. Lagi-lagi Gus Pur dihadapkan pada masalah yang berat, kawan yang mengajak kerjasama menarik semua sahamnya.

Ia sempat dituduh melakukan penggelapan aset milik kawannya. Sampai-sampai kawan tersebut menyewa pengacara dan menuntutnya. Ia sempat juga menyewa pengacara namun akhirnya memilih mengalah dan merelakan semuanya pada rekannya tersebut.

Ia pun memulai usaha sendiri dan terus bekerja tanpa bantuan siapa pun kecuali isterinya. Selama hampir dua tahun bekerja dengan tekun, ia sudah bisa memiliki mobil, sepeda motor, lima karyawan, dan bisa membeli sebuah rumah seharga Rp 55 juta di sekitar Taman Raya.

"Saya berprinsip, akhir itu adalah sebuah permulaan yang baik. Ikhlas dan pasrah pasti akan dicukupi oleh Allah," tutupnya. (Kamis, 19 November 2009, by Jubron Fahirro)
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Gus Pur, Jatuh Bangun Pemilik Ayam Kriuk Description: Rating: 5 Reviewed By: Oxidant Releasing Therapy Bengkel Manusia Indonesia
Scroll to Top